24 Februari 2010

Tegal Gundil, Tempat Tinggal Nyaman Yang Terlupakan

Lingkungan bisa didefinikan sebagai tempat dimana kita tinggal, tempat dimana kita dilahirkan atau dibesarkan, bisa juga sebagai wadah pembelajaran dan pembentuk karakter dan sebagainya.
Bagi sebagian warga menganggap lingkungan boleh dibilang faktor pendukung utama untuk proses bergeraknya sebuah nilai & norma sosial. Dimana didalamnya terdapat banyak keanekaragaman, baik dari segi Agama, Sosial, Pendidikan, Budaya dan masih banyak hal lainnya.
Untuk warga lainnya lingkungan diibaratkan sebagai tempat berpulang setelah lelah bekerja dan beraktifitas. Ada juga yang menganggap lingkungan adalah sebagai keterangan kedudukan tempat tinggalnya untuk melengkapi syarat administratif agar bisa punya KTP.
Lingkungan kita sendiri disebut Tegal Gundil, di ambil dari kata Tegal/tegalan yang artinya lahan yang sangat luas dan Gundil yang maksudnya itu gundul.
Konon katanya sebelum di beri nama Tegal Gundil, kawasan tersebut sempat di kenal sebagai bagian dari kampung baru pada masa kolonial Belanda. Mulai tahun 1928 barulah di gantilah menjadi Tegal Gundil karena warga kampung baru tersebut mempunyai alasan tersendiri ungkap H. Busro (83 th) salah satu warga asli Tegal Gundil.
Beliau juga menceritakan alasan penggatian nama wilayah ini, yakni karena daerah ini dulunya mempunyai lahan yang sangat luas dan subur, namun karena lokasi ini sering di pakai untuk berperang antar kerajaan, sehingga kawasan tersebut mengalami kerusakan lahan dan tidak pernah ditumbuhi lagi pepohonan.
Selain hancur sebagai akibat dijadikan areal pertempuran, tanaman–tanaman yang berada disekitar lahan tersebut pun ditebang untuk dijadikan salah satu bahan baku pembuatan senjata perang cadangan, dan hal ini terus-menerus berlangsung lama. Cukup lama kerusakan itu berlangsung, Sehingga banyak warga menyebutnya lahan/wilayah yang gundul, dari situlah asal mula penamaan Tegal Gundil didirikan.
Namun lambat laun seiring perkembangan zaman, wilayah kampung Tegal Gundil sekarang tinggal berada dijalan ARTZIMAR II. Tegal Gundil ini pun dulunya sempat dijadikan sebagai rujukan tampat pembelajaran warga yang ada di sekelilingnya maupun dari daerah luar, seperti pengajian, Pesantren kilat, tempat pemandian warga sampai ke tempat Ibadah cuman ada di Tegal Gundil.
Pada tahun ‘60 an Tegal Gundil sudah kembali menjadi daerah yang subur seperti halnya daerah pegunungan dari situlah warga mulai berantusias untuk merawatnya kembali.
Ada yang memanfaatkannya dengan dijadikan perkebunan, ada juga yang meneruskan perkebunan–perkebunan yang sebelumnya sudah di buat oleh orang Belanda dan sekarang tempat itu di bangun menjadi SMA 7 dan perumahan Villa Citra Bantarjati.
Menurut data administratif warga kampung Tegal Gundil sendiri pada awal-awalnya di huni oleh 70 keluarga. Sedangkan menurut H. Busro (83 th) “Tegal Gundil dulunya hanya di huni oleh 40 kepala rumah tangga”.
Beliau juga berkomentar bahwa “tegal gundil ini adalah daerah yang kaya akan segalanya asalkan kita mau merawatnya dengan baik sebagai mana kita merawat diri kita sendiri“. Setelah tahun ’80-an, mulai banyak yang berdatanganlah orang-orang dari luar, masuk menjadi bagian warga Tegal Gundil.
Seiring dengan hal tersebut, sekitar tahun 1982 mulai ada pemasangan listrik, PDAM dan lahan–lahan yang kosong pun di bangun menjadi komplek perumahan, salah satunya PERUMNAS Bantarjati. Setelah itu dibangun juga perumahan Bogor Baru, setelah itu masih ada juga komplek perumahan yang lainnya seperti, Villa Citra Bantarjati dan Bumi Indraprasta I & II.
Tidak hanya itu saja, pemerintahpun membuatkan jalan aspal dan trayek angkutan umum untuk mendukung arus trasportasi yang ada di Tegal Gundil dan hingga sekarang ini jalan yang pada awalnya Jl Bangbarung Raya di ubah menjadi Jl Ahmad Sobana.
Sedangkan secara administratif wilayah Kelurahan Tegal Gundil yang berada di bagian utara wilayah Kota Bogor ini merupakan hasil pemekaran dari kelurahan Bantarjati .Dimana secara geografis terletak diketinggian 245-251 meter di atas permukaan laut.
Kelurahan Tegal Gundil sendiri diapit oleh dua buah sungai kecil, yaitu sungai Ciparigi pada sebelah barat, sedangkan dari arah sebelah timur yaitu sungai Cibuluh. Batasan wilayah luaran sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Bantarjati, sebelah timur Kelurahan Tanah Baru sebelah selatan kelurahan Tegal Lega dan sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Cibuluh.
Sedangkan curah hujan rata-rata pertahunnya 2500-4000 mm3, dengan memiliki tingkat kesuburan di atas rata-rata dan memiliki suhu udara sekitar 20-30°C. Kelurahan Tegal Gundil sendiri memiliki luas wilayah 198 hektar dengan jumlah penduduk hingga penghujung tahun 2009 lalu, telah tercatat 30 jiwa lebih. Saat ini Tegal Gundil terbagi menjadi 18 RW yang mempunyai fungsi untuk membantu kelancaran adminitrasi.
Memang Tegal Gundil akan selalu berubah, sejarah akan menentukan seperti apa kawasan ini nantinya. Persoalannya apakah akan menjadi lebih baik atau tidak. Karenanya mari kita upayakan sedari dini, tidak ada kata terlambat begitulah ungkap salah seorang warga yang berada di RW V yang enggan disebutkan namanya.
Apa kata dunia bila kampung halaman tercinta ini menjadi rusak. Mungkin yang kasihan anak-cucu nanti. Apakah kita menginginkan hal seperti itu? (Pman)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar