18 Desember 2009

Respon Pergantian Tahun Hijriah dan Masehi

Tahun kembali bergeser. Tahun hijriah dan tahun masehi beberapa tahun lalu dan sampai saat ini hampir bersamaan waktunya. Tetapi dengan jelas terlihat perbedaannya. Berikut adalah opini warga dalam merespon perubahan tahun Hijriah & tahun masehi.
Menurut Bpk Atik (58 Th)
Warga Palayu RW VII, mengatakan “tahun baru hijriah itu tidak semua orang tau sedangkan masehi semua orang tau. Saya sendiri sebagai umat muslim, tahun baru hijriah harus di rayakan dengan kegiatan–kegiatan yang bermanfaat contohnya seperti muhasabah (koreksi diri), menyantuni anak yatim yang fakir miskin dan kegiatan lainya seperti khitanan masal.
Begitu juga dengan tahun baru masehi atau umum sama saja. Saya juga selalu merayakannya dengan cara yang sama bukan berarti dengan cara yang bersenang–senang, yah seperti intropeksi diri dan mengingat masa lalu di tahun sebelumnya agar hari-hari kedepan berlangsung dengan baik”.

Bpk Mu’im (43 Th)
Warga Tegal Peuteuy RW VIII, mengatakan “banyak kaum muslimin yang bergembira ria dengan kedatangan tahun baru masehi. Tetapi tidak bergembira dengan kedatangan tahun baru hijriah. Sebagian kaum muslimin tidak peduli dengan kedatangan tahun baru hijriah namun peduli dengan kedatangan tahun baru masehi.
Aktivitas menjadi bersemangat ketika tahun masehi berubah, namun tidak ada reaksi apa-apa dengan masuknya tahun baru hijriah. Sangat disayangkan, respon kaum muslimin lebih besar kepada tahun masehi daripada tahun hijriah”.

Bu Ngadimin (51 Th)
Warga BIP II RW XV, mengatakan “Kalau orang jawa bilang malam tahun baru hijriyah itu malam 1 suro, malam yang identik dengan upacara-upacara aneh yang menurut saya jauh banget dengan kesan Islam dan lebih dekat ke syirik. Melihat berita di TV pun saya jadi ngerasa aneh, berita yang ditampilkan pada saat tahun baru malah lebih banyak ke upacara-upacara itu, jadi kesannya orang Islam kalo pada tahun baru Hijriyah pada rebutan air kembang bekas nyuci benda pusaka keraton atau pergi ke pantai selatan menjenguk Nyi Roro Kidul dan masih banyak upacara lainnya. Nah kalo tahun baru Masehi sich gak mau komentar, lewatian aja seperti biasa! Habis gak ada yang aneh”.

Ferdi (36 th)
Warga VCB RW V, Mengatakan “perhitungan tarikh Hijriyah dengan tarikh Masehi, memiliki selisih sebelas hari setiap tahunnya. Ini lantaran masing-masing tarikh, menggunakan patokan yang berbeda. Tahun Masehi dihitung berdasarkan peredaran matah ari (solar system) sedangkan tahun Hijriyah diukur berdasarkan peredaran bulan (lunar system).
Peredaran matahari dan bulan yang gak berbarengan, menyebabkan jumlah hari dalam tahun Masehi & Hijriyah, memiliki perbedaan. Tahun Masehi berjumlah 365 hari, tahun Hijriyah 354 hari. Itulah makanya, pada kurun-kurun tertentu, tahun baru Hijriyah akan dekatan sama tahun baru Masehi”.

Tanggapan ini bukanlah buat ngejustifikasi tentang perayaan perubahan tahun yang dilakukan oleh Warga. Baik itu tahun baru Hijriah maupun tahun baru masehi. Bukan pula tanggapan buat mengkritisi orang-orang yang terbiasa melakukan perayaan. Karena itu adalah hak sipelaku perayaan Tetapi tanggapan ini hanya sekedar untuk mengajak kita sekalian untuk memahami lebih jauh makna dari pergantian tahun, serta sisi-sisi yang mungkin terabaikan. Sehingga ada semacam makna-makna yang tersirat dan dapat dijadikan sebuah pelajaran. Mudah-mudahan hikmah itu dapat diambil. Silahkan dikritisi tanggapan tersebut. (Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar