30 Desember 2009

Hijriyah, Tahun Islam yang Mulai Terlupakan

Kalender Hijriyah, kini telah mencapai bilangan 1431 tahun. Ini berarti sudah hampir 15 abad, secara turun temurun, umat Islam di seluruh dunia memperingati peristiwa Hijrah Rasulullah. Hijriyah sendiri adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Hijriyah menggunakan sistem kalender lunar (komariyah).
Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Sedangkan tahun hijriah mengingatkan kita pada kejadian spektakuler dalam sejarah Islam, Hijrah. Secara harfiah dia berarti berpindah dari satu titik ke titik yang lain, dari satu tempat ke tempat yang lain.
Secara historis, hijrah adalah berpindahnya Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dari Makkah menuju Madinah, dan beliau berhasil mempersatukan kaum anshar dan muhajirin, yang dari dulunya tak mampu dipersatukan. Tahun baru hijriah mulai diberlakukan pada masa khalifah Umar Bin Khatab. Namun Tahun baru hijriah tidak mengambil nama “Tahun Muhammad” atau “Tahun Umar”, sehingga tidak mengandung unsur pengagungan/pengkultusan terhadap nama seseorang.
Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.
Dalam penentuannya pun dimulai dari sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari). Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (bulan, bumi dan matahari)
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Tentunya dalam mengenal tahun hijriah kaum muslimin harus lebih paham, serta menjadikannya lebih bermakna karena dengan kalender hijriah kita dapat mengetahui waktu-waktu khusus yang telah disyariatkan seperti ibadah haji dan dua hari besar islam (idul fitri & idul adha). Namun sangat disayangkan, respon kaum muslimin lebih besar kepada tahun masehi daripada tahun hijriah. Tak jarang juga yang bahkan tidak mengenal sama sekali.
Karenanya mari kita berhijrah meninggalkan ketertutupan (eksklusivisme) menuju keterbukaan (inklusivisme). Meninggalkan kesempitan pikiran menuju keluasan pandangan untuk lebih memahami & mendalami Islam yang haqiqi. Jangan juga beranggapan merasa diri kita paling benar, karena kebenaran ada di mana-mana. Wallahu ‘alam bisshawab. Hanya Allah yang tahu. (Red)

29 Desember 2009

Bicara tentang Perayaan tahun baru Hijriah & Masehi! Apa yah kalo menurut warga..??

Tahun baru itu pergantian tahun 2009 ke-2010, cuma tahunnya aja yang berbeda gak ada yang lebih, tapi biasanya kalo saya mah merayakan tahun baru itu dengan bertugas keamanan, menjaga lingkungan komplek supaya tetap aman, atuh ga bisa kamana–mana kan?
Juanda (52 th) SATPAM, Destarata RT 2








Kalo saya merayakan tahun baru itu tidak dengan berjalan-jalan kemana–mana kaya orang-orang. Harus ada hiburan lah, masak-masak, harus beli baju baru, kalo saya tidak. Tahun baru biasanya saya lewati dengan berdo’a supaya kedepannya jauh lebih baik dari tahun–tahun yang kemaren.
Yuli (52 th) IRT, VCB A 1







Tahun baru Islam lebih keagamaan kalau tahun baru masehi lebih ke insting mengikuti barat. mendingan memanjatkan do’a, lebih mengingat dosa yang sudah–sudah, poya–poya sama teman–teman atau berkumpul dengan keluarga & saudara.
Kadar (22 Th) Mahasiswa, Arzimar 3 RW III






Tahun baru islam itu beda, perayaannya lebih ke religi kalau tahun baru masehi lebih ke pesta–pora, enak ngumpul-ngumpul dengan teman-teman, pacar, keluarga, saudara atau tetangga. kan bisa ngapain aja.
Pat-Kay (20 Th), Arzimar 2 RW II






Tahun baru hijriah itu sudah ada dari zaman Rasullullah SAW, yang dimulai dari hijrahnya Rasullullah SAW ke Madinah sampai saat ini. Sedangkan tahun baru Masehi itu lebih identik dengan orang-orang nasrani jadi kalau tahun baru Masehi tidak terlalu penting bagi saya. gak ada istimewanya.
Kusnara (48 th), RT 5/V

23 Desember 2009

Kelurahan Tegal Gundil Disibukkan Laporan

BeTe_Kelurahan TG, seperti biasanya sebelum habis tahun setiap kantor biasanya membuat laporan akhir tahun, begitu juga dengan Kelurahan Tegal Gundil (TG). Di bulan Desember ini kelurahan TG terlihat sangat sibuk mempersiapkan & menyusun laporan akhir tahun. Selain laporan program-program kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan, pihak kelurahan juga tengah disibukkan dengan mengkaji ulang laporan hasil pembangunan sebelumnya.
Terutama pembangunan di sepanjang jalan Arzimar. Karena jalan tersebut, panjangnya mencapai sekitar 1 km & di“hotmik” setebal 5 cm serta menghabiskan dana kurang lebih Rp 600 juta. Selain itu, dilakukan pula pembangunan tebing, perbaikan rumah tidak layak huni bagi warga miskin, pembuatan saluran air, pembangunan jalan lingkungan yang mencapai 1 km dan sebagainya. Hingga pekan lalu sebelum berita ini diturunkan, para pegawai kelurahan masih memeriksa & mengkaji ulang laporan–laporannya supaya akurat pada saat nanti di laporkan.
Selain itu Kelurahan TG sendiri akan mengadakan Musrenbang yang akan dipadukan dengan program pemerintahan lainnya, seperti PNPM Mandiri, Blokgrant dan lain–lain, supaya menjadi betul-betul sinergi & terpadu. Karena Musrenbang tersebut tujuannya untuk menghimpun permohonan dan menyampaikan keluhan masyarakat sekaligus menyampaikan program–program pemerintah ujar pa Lurah berkomentar di sela-sela kesibukannya.
Musrenbang sendiri diperkirakan akan di laksanakan pada bulan Januari 2010, dengan mengundang para pihak seperti pemerintah Kota Bogor, pihak kecamatan dan pihak-pihak terkait lainnya diwilayah sekitar, terutama para ketua RW untuk menghadiri Musrenbang tersebut agar menghasilkan rencana terpadu yang memungkinkan untuk di lakukan. Mengenai pembangunannya akan mulai di jalankan di bulan Januari s/d Juni 2010. Mudah-mudahan segala sesuatunya dapat berjalan lancar. (Yo/Rd)

20 Desember 2009

Berbagi dengan Hati, Ikhlas Berkurban

Assalamu’alaikum,

Perjalanan yang tak kenal lelah terus menyelimuti dan melewati hari-hari kita. Mungkin begitulah yang sekarang kami rasakan, terlebih bila berbagai cobaan, cela dan caci-maki selalu menghantui, tentunya sangat mengusik rasa sabar kita. Amarah akan ketidakberdayaan membayangi disetiap langkah-langkah yang terkadang berlari cepat namun terkadang musti dipapah.
Memang bukan memelas karena rasa malas bukan pula merasa bisa karena terbiasa. Pematik spirit dan motivasi untuk bangkit serta kedekatan hati untuk saling berbagi karena peduli lebih kita hargai. Bila pun membantu, semata-mata bukan merasa iba atau kasihan. Bukan pula agar dihormati atau disegani, tapi merupakan sebuah pengorbanan dari suatu kewajiban bagi kita yang mampu. Walaupun hanya bermodalkan semangat kekeluargaan dan mungkin itu lebih dari cukup.
Dengan menyadari hal yang demikian itu merupakan anugrah dari Yang Maha Kuasa hingga memudahkan jalan untuk kita bisa berbagi dan tetap bersilaturahmi antar sesama dalam setiap momentum. Karenanya dari segala kesengajaan dan keisengan, kami ucapkan selamat Hari raya Kurban.

Wassalam.

18 Desember 2009

Respon Pergantian Tahun Hijriah dan Masehi

Tahun kembali bergeser. Tahun hijriah dan tahun masehi beberapa tahun lalu dan sampai saat ini hampir bersamaan waktunya. Tetapi dengan jelas terlihat perbedaannya. Berikut adalah opini warga dalam merespon perubahan tahun Hijriah & tahun masehi.
Menurut Bpk Atik (58 Th)
Warga Palayu RW VII, mengatakan “tahun baru hijriah itu tidak semua orang tau sedangkan masehi semua orang tau. Saya sendiri sebagai umat muslim, tahun baru hijriah harus di rayakan dengan kegiatan–kegiatan yang bermanfaat contohnya seperti muhasabah (koreksi diri), menyantuni anak yatim yang fakir miskin dan kegiatan lainya seperti khitanan masal.
Begitu juga dengan tahun baru masehi atau umum sama saja. Saya juga selalu merayakannya dengan cara yang sama bukan berarti dengan cara yang bersenang–senang, yah seperti intropeksi diri dan mengingat masa lalu di tahun sebelumnya agar hari-hari kedepan berlangsung dengan baik”.

Bpk Mu’im (43 Th)
Warga Tegal Peuteuy RW VIII, mengatakan “banyak kaum muslimin yang bergembira ria dengan kedatangan tahun baru masehi. Tetapi tidak bergembira dengan kedatangan tahun baru hijriah. Sebagian kaum muslimin tidak peduli dengan kedatangan tahun baru hijriah namun peduli dengan kedatangan tahun baru masehi.
Aktivitas menjadi bersemangat ketika tahun masehi berubah, namun tidak ada reaksi apa-apa dengan masuknya tahun baru hijriah. Sangat disayangkan, respon kaum muslimin lebih besar kepada tahun masehi daripada tahun hijriah”.

Bu Ngadimin (51 Th)
Warga BIP II RW XV, mengatakan “Kalau orang jawa bilang malam tahun baru hijriyah itu malam 1 suro, malam yang identik dengan upacara-upacara aneh yang menurut saya jauh banget dengan kesan Islam dan lebih dekat ke syirik. Melihat berita di TV pun saya jadi ngerasa aneh, berita yang ditampilkan pada saat tahun baru malah lebih banyak ke upacara-upacara itu, jadi kesannya orang Islam kalo pada tahun baru Hijriyah pada rebutan air kembang bekas nyuci benda pusaka keraton atau pergi ke pantai selatan menjenguk Nyi Roro Kidul dan masih banyak upacara lainnya. Nah kalo tahun baru Masehi sich gak mau komentar, lewatian aja seperti biasa! Habis gak ada yang aneh”.

Ferdi (36 th)
Warga VCB RW V, Mengatakan “perhitungan tarikh Hijriyah dengan tarikh Masehi, memiliki selisih sebelas hari setiap tahunnya. Ini lantaran masing-masing tarikh, menggunakan patokan yang berbeda. Tahun Masehi dihitung berdasarkan peredaran matah ari (solar system) sedangkan tahun Hijriyah diukur berdasarkan peredaran bulan (lunar system).
Peredaran matahari dan bulan yang gak berbarengan, menyebabkan jumlah hari dalam tahun Masehi & Hijriyah, memiliki perbedaan. Tahun Masehi berjumlah 365 hari, tahun Hijriyah 354 hari. Itulah makanya, pada kurun-kurun tertentu, tahun baru Hijriyah akan dekatan sama tahun baru Masehi”.

Tanggapan ini bukanlah buat ngejustifikasi tentang perayaan perubahan tahun yang dilakukan oleh Warga. Baik itu tahun baru Hijriah maupun tahun baru masehi. Bukan pula tanggapan buat mengkritisi orang-orang yang terbiasa melakukan perayaan. Karena itu adalah hak sipelaku perayaan Tetapi tanggapan ini hanya sekedar untuk mengajak kita sekalian untuk memahami lebih jauh makna dari pergantian tahun, serta sisi-sisi yang mungkin terabaikan. Sehingga ada semacam makna-makna yang tersirat dan dapat dijadikan sebuah pelajaran. Mudah-mudahan hikmah itu dapat diambil. Silahkan dikritisi tanggapan tersebut. (Red)

13 Desember 2009

Etalase TG, Buat Produk Warga



BeTe_Tegal Gundil dengan segala sejarahnya,
semakin lama semakin banyak orang yang tidak mau tahu. Nama Tegal Gundil sendiri pun sudah banyak orang meninggalkannya. Ada yang bilang kekampung-kampungan, norak, gak keren dan lain-lain. Mereka memilih nama Perumnas Bantarjati yang sesungguhnya muncul sesudah nama Tegal Gundil ada. Nama-nama daerah di Tegal Gundil seperti Kawung luwuk, Ceger, Bojong Enyod, Tegal Peuteuy, ikut terlupakan.
Sebenarnya tidak hanya masalah nama, tapi lebih kepada sebuah sejarah yang melatar belakanginya. Kebanggaan seharusnya tertanam disetiap orang yang tinggal di dalamnya, karena ternyata Tegal Gundil memiliki segalanya. Sejarah yang ada, sumber daya yang tersedia, dan potensi sumber daya manusia yang beragam, yang seharusnya membuat orang merasa bangga.
Karena itulah lewat produksi yang dilakukan para anak muda di Tegal Gundil yang tergabung dalam sebuah perusahaan komunitas “Etalase Tegal Gundil” atau mereka menyebutnya dengan Distro TG berinisiatif mengembangkan proses produksinya menjadi sebuah produk.
Mereka mengharapkan ada sebuah brand image, produk khas yang memang milik Tegal Gundil. Orang tak bisa mencari produk ini, selain harus datang ke Tegal Gundil. Harapannya setiap wilayah RW, mempunyai produk yang bisa dihasilkan dan menjadi produk unggulan wilayah RW tersebut.
Seperti halnya Kaos “I Love Tegal Gundil”,
kaos buatan Tegal Gundil ini, memiliki desain yang mengangkat dan mengkampanyekan Tegal Gundil beserta segala apa yang ada di dalamnya. Selain dari sisi jualannya, harapannya adalah meningkatkan kepedulian masyarakat Tegal Gundil terhadap daerah yang ditinggalinya.
Selain produksi menurut desain yang dibuat sendiri, kaos TG juga menerima pesanan dari luar dengan kategori harga yang bervariasi tergantun pemesanan. Tercatat sejumlah lembaga/instansi bonafit pernah menjadi kliennya, belum lagi dengan yang berada di lokal Tegal gundil.
Memang harapannya ke depan, segala macam jenis kegiatan produksi dapat dilakukan di Tegal Gundil. Namun sampai saat ini, hanya penyablonan yang masih dilempar keluar, karena kapasitas sumber daya yang masih dalam tahap pembelajaran. hal itu disebabkan untuk menjaga kualitas dan kepuasan klien.
Sama halnya dengan kaos, pin pun memegang peranan yang sama. Hanya saja, alat penyampaian dan medianya yang berbeda. Dan tentu, kalau harga pin lebih murah dibandingkan kaos. Sehingga banyak orang, mulai anak-anak hingga orang tua yang memesan untuk penambah aksesori mode. Selain perorangan, beberapa institusi, organisasi, bahkan pihak sekolahan pun kerap memesan pin untuk melengkapi tanda pengenal mereka.
Tidak hanya terbatas kaos dan pin, berbagai produk pun dicoba dihasilkan sesempurna mungkin, dengan terlebih dahulu dilakukan berbagai macam proses, seperti pengumpulan & pemilihan bahan, pembuatan hingga menjadi suatu produk yang dikemas semenarik mungkin dan tak lepas dari kualitas kontrol yang mempuni.
Tidak juga berhenti sampai disitu, Distro TG yang mempunyai showroom di Jl Bangbarung Raya depan SDN Bantarjati V ini pun mendorong kelompok warga sekitarnya untuk berproduksi, mengumpulkan produk dari home indrustri mereka, sehingga home made warga pun dapat ditampilkan dan dijualnya secara pasif di etalase distro tersebut.
Selain itu, untuk prodak tertentu Distro TG ikut juga mempromosikan serta memasarkannya kepada jaringan-jaringan yang telah dikenalnya, baik di dalam maupun diluar Tegal Gundil. Harapan kedepannya setiap wilayah RW, punya suatu produk spesialisasi atau yang menjadi ciri khas daerah RW tersebut. (Red)

12 Desember 2009

Surat pembaca

Ibu Vera (VCB A15)
Kan Bangbarung raya udah dibilang jadi pusat kuliler nich di Bogor, kenapa engga diliput aja supaya warga semakin tau dan paham akan potensi yang ada diwilayahnya. Lumayan kan jadi tambah pemasukan juga buat koran BeTe dengan mempromosikan/mengiklankannya.
Arief Msi (32 th) Kepsek Kalam
Cara penulisan & penuturan bahasa yang disampaikan masih kurang baik dan pemilihan tagline pada judul beritanya pun kurang mengena sehingga tidak menimbulkan rasa penasaran pembacanya, mohon ditingkatkan lagi kualitasnya, agar pembaca pun puas.
Ibu Miftah (41 th) Pandu Raya
Ide pembuatan korannya kreatif, rubrikasinya juga udah cukup menarik, hanya saja kerasa ada yang kurang. Coba BeTe halamannya ditambah biar lebih banyak, supaya pemberitaannya lebih variatif dan luas lagih.
Dudien (22 th) Kawung Luwuk
Mudah-mudahan BeTe kali ini gak timbul-tenggelam kaya dulu lagi, tetap pertahankan semangatnya. Beritanya banyakin, apalagi tentang kegiatan-kegiatan pemudanya. Salut dech.
Trimakasih, kami akan slalu mencoba memberikan yang terbaik semampu kami, namun saat ini kami masih belajar buat lebih baik.

8 Desember 2009

Perpustakaan Sabar, Merangsang Warga Membaca


BeTe_Perpustakan komunitas yang dikelola oleh para pemuda Tegal Gundil ini berada di Jl. Achmad Sobana depan SDN Bantarjati V, & telah beroperasi sekitar 7 tahun-an lalu, yaitu sejak 10 Agustus 2002 silam. Sampai saat ini perpustakaan atau Taman Bacaan Sanggar Baroedak (Sabar) telah lebih memiliki 1200 koleksi buku.
Koleksi buku tersebut mulai didapat lewat jaringan 1001 buku Jakarta & sumbangan warga yang memang peduli dengan kegiatan anak muda & peningkatan minat baca di Tegal Gundil.
Perpustakaan tersebut juga mendorong adanya jaringan perpustakaan-perpustakaan komunitas di Bogor, Sukabumi, sampai Jawa Tengah dengan memutarkan atau menyumbangkan sebagian buku-buku yang memang telah lama ada di Kedai Baca Sanggar Baroedak tersebut.
Selain melayani peminjaman dan baca buku, beberapa kegiatan juga pernah diselenggarakan dalam upaya merangsang minat baca masyarakat dengan menyelenggarakan acara, antara lain seperti Book Fair, perlombaan anak, lounching dan bedah buku/novel bersama penulis, periksa gigi gratis, dan sebagainya.
Taman Bacaan Sabar ini pun sesekali membuka Perpustakaan Kaget di beberapa tempat keramaian seperti Taman Kencana & Lapangan Sempur juga di beberapa SLTP di Bogor serta dibeberapa taman di RW Tegal Gundil.

Untuk kedepannya perpustakaan tersebut berharap bisa melakukan road show ke RW-RW Tegal Gundil yang belum pernah disinggahinya. Karena harapannya bisa merangsang warga untuk gemar membaca. Bila tempat anda berminat untuk dikunjungi perpustakaan kaget silahkan menghubungi kami sahut Dedi (20 Th) salah satu pengurusnya. (Red)
Perpustakaan kaget merupakan program rutin dwi mingguan Kedai Baca Sanggar Barudak yang diadakan setiap pagi, dihari Minggu.
Bertempat diruang-ruang publik, seperti taman atau lapangan bermain yang slalu dijadikan persinggahannya dalam kegiatan tersebut.
Progran ini merupakan sebuah kegiatan yang dilatar belakangi kecintaan akan membaca & untuk merangsang minat baca masyarakat yang relatif masih rendah agar menjadi kelak menjadi budaya yang positif.

5 Desember 2009

Bapa Nu Pang Hideungna

Dina hiji mangsa aya barudak negro keur ngarumpul bari ngomongkeun pang unggul– unggul bapana. Pan ari di negro mah harideung teh jadi kabanggaan cenah.
Ceuk budak negro nu hiji teh, “bapa urang panghideung na sanegro mah” Henteu bisa cek ku nu ka dua teh, “bapa urang.” “Nya heuteu bisa atuh, bapa urang” cek nu ka tilu. Ditembalan ku nu kahiji “emang ari bapa maneh kumaha kitu? bapa urang mah lain bohong euy hideungna, pan keur maen bal katemprang sukuna, katingali potong, tulangna hideung!
Wah atuh nya nu hebat mah bapa urang! Ceuk nu kadua, naha kitu ceuk budak nu lain teh. Bapa urang mah pernah kacugak mani ngocor, hideung siah getih na teh.
Bakating embung eleh, ceuk nu ka tilu nembalan “bapa urang mah kuat urang asup ka tepas imah, bapa urang keur maca koran tuluy urang asup, bapa urang hitut plek poek ku bakat hideung-hideung na hitut na oge poek. Jadi saha atuh anu pang hideung-hideung na teh?? di sadur tina carita Kang Inbing

1 Desember 2009

SEKOLAH KALAM


Bete_Tegal Gundil, Disebutnya: pengetahuan yang teruji. Betapa tidak, hampir setiap tahun kader-kader Kalam (Komunitas Peduli Kampung Halaman) terpilih sebagai Pemuda Pelopor tingkat kota Bogor & maju mewakili Kota dalam pemilihan pemuda pelopor tingkat provinsi Jawa Barat.
Kalam pun memiliki klien setia untuk beragam produk & jasanya yang dijual melalui lembaga-lembaga inisiasinya antara lain yaitu: Kemaren Sore untuk jasa desain grafis, Unite untuk event and outbond organizer dan SALAM untuk jasa pendampingan masyarakat.
Organisasi berbasis minat pun menjadi bagiannya: Kampoeng Bogor sebagai lembaga terdepan yang mengurus warisan budaya Kota Bogor, Room sebagai wadah para penggiat musik independent untuk unjuk gigi.
Pengetahuan yang teruji & terstruktur. Pengetahuan tersebut lantas di kemas dalam mata-mata pelajaran yang diuraikan kembali dalam materi-materi ajar dengan tahapan penyampaian yang runtun.
Melalui strukturisasi pengetahuan ini maka lulusan terstandarisasi. Kesemuanya mewujud dalam Sekolah KALAM, sebuah sekolah informal. Disebut informal karena siswa yang diterima tidak dipersyaratkan berasal dari jenjang tertentu (tidak harus lulusan SMP atau SMA) melainkan hanya batasan umur (antara 18-25 tahun).
Disebut informal juga terutama karena sekolah ini merupakan wujud dari pendidikan oleh lingkungan. Sekolah KALAM mengkoleksi keahlian-keahlian yang teruji di orang-orang lokal, menstrukturkannya dan menghadirkannya di ruang kelas.
Tujuan Pembelajaran Umum:
Jurusan Pengorganisasian Pemuda, Mencetak lulusan yang memiliki modal dasar sebagai seorang agen perubahan, tanggap dan kritis terhadap kondisi lingkungannya (khususnya masalah kepemudaan), mampu mengorganisir pemuda di wilayah dan atau lingkungannya menuju perubahan ke arah yang lebih baik.
Jurusan Film dan Fotografi, Mencetak lulusan yang memiliki sensitifitas terhadap isu-isu sosial dan membawanya media film dan foto.
Jurusan Desain Grafis, Mencetak lulusan dan mampu membuat karya cetak digital.
Jurusan Teknik Komputer dan Sistem Jaringan, Mencetak lulusan yang mampu mengoperasikan komputer dan aplikasi-aplikasi utama serta mampu membangun sistem jaringan dasar dan produk multimedia dasar.
Jurusan Jurnalistik, Mencetak lulusan yang mampu menghasilkan produk-produk jurnalistik sebagai media perubahan sosial berikut mengelola infrastruktur bidang jurnalistik pada media-media audio, video, teks, foto, dan internet.
Untuk setiap jurusan, jenjang pendidikannya terdiri atas tiga tingkatan kelas meliputi kelas 1 (pemula), kelas 2 (madya), & kelas 3 (ahli). Kelas 1 dapat diselesaikan dalam waktu lima bulan.
Namun saat ini, Sekolah KALAM baru akan membuka kelas pada bulan Januari mendatang dan saat ini masih melakukan simulasi pengajaran. Karena itu Sekolah Kalam mengundang warga Tegal, Gundil, khususnya pemuda/i untuk ikut berpartisipasi dalam simulasi ajar ini.
Simulasi ajar ini sendiri berlangsung sejak minggu ketiga bulan November hingga minggu keempat bulan Desember 2009 yang diadakan di Saung Kalam dengan durasi pengajaran ± 45 menit-1,5 jam.
Keterangan lebih lanjut, dapat menghubungi sekretariat Kalam atau Tata Usaha Sekolah Kalam. (Red)