30 November 2009

BUKAN “ANGKRINGAN JOGJA” TAPI “TEGAL GUNDIL”


BeTe_Achmad Sobana, Bukan hanya ada di Jogjakarta, angkringan ternyata di Kota Bogor pun telah hadir. Namanya angkringan Tegal Gundil, yang diinisiasi dan dirintis oleh Opieh (27 th) bersama mitranya bpk Baehaqi yang sekarang telah wafat.
Berkat pengorbanan semangat & kerja keras, usaha mereka semakin berkembang apalagi dengan hadirnya para pasukan pemuda kreatif Tegal Gundil yang tergabung dalam Komunitas Peduli Kampung Halaman (Kalam) sekarang terlibat mengelola angkringan tersebut sejak dua bulan lalu hingga sekarang.
Seperti yang sempat diungkapkan inisiator usaha ini, yaitu mereka terinspirasi sewaktu berkunjung ke Jogjakarta tepatnya di Malioboro. Dengan melihat aneka makanan dan minuman yang di jajakan pada pinggiran jalan yang berjejeran, tersebutlah namanya angkringan.
Nama tersebut di ambil karena tempatnya seperti tempat tongkrongan di pinggiran jalan tampa ada yang mengganggu dan terganggu.
Dari sebuah keinginan untuk merasakan hingga menghadirkan suasana akrab, santai dan menyenangkan itulah yang menjadi kemasan dan salah satu keunggulan pada Angkringan Tegal Gundil ini.
Angkringan yang sejak tanggal 15 Oktober 2009 lalu ini berdiri di ambil dari nama kelurahan tempat usaha itu berada.
Sama halnya dengan Angkringan Jogja, pada angkringan inipun mempunyai keunikan dan citra rasa yang menjadi ciri khasnya tersendiri. Bila dilihat dari hargapun relatif sangat murah, untuk harga makanannya saja berkisar antara 500 perak hingga 1.500 rupiah, antara lain nasi kucing, tempe mendoan, bala-bala, sate telor puyuh, sate kikil, sate usus, sate jengkol dan sate ati ampela.
Begitupun dengan minuman yang disajikan tidak lebih dari 3.500 rupiah teh tubruk, bansus, wedang jahe dan masih banyak lagi yang lainnya dan tidak kalah deh, seperti di Malioboro.
Untuk andalan menu pada angringan ini ada makanan yang disebut nasi kucing, kenapa nasi kucing? Nah di dalam nasinya ada bermacam lauk pauk seperti ikan teri, tempe orek, telor dan cabe, yang di sajikan sedikit-sedikit seperti mau ngasih makan kucing jadinya namanya nasi kucing deh.
Bukan hal itu saja tempatnya pun menyenangkan, hampir mirip dengan di Malioboro Jogja, pada angkringan ini selain letaknya tetap sama ditepi jalan namun dihadirkan dengan suasana minimalis dengan penerangan yang sedikit temaram membuat kesan yang hangat dan sedikit romantis.
Akan tetapi yang menjadi andalan daya tariknya lebih di utamakan dari sisi pelayanannya yang “plus” maksudnya siap sedia bercengkrama hingga menjadi teman curhat setia guna menjadikan suasana akrab, santai yang menyenangkan dihati para pengunjungnya. Jadi buat yang penasaran sama nasi kucing atau ingin mencari suasana yang bisa santai, akrab dan menyenangkan hati, maen aja ke Angkringan Tegal Gundil yang berlokasi di Jl. H. A. Sobana depan SDN Bantarjati 5 samping perpustakan. Dijamin suasana hatipun akan kembali ceria. (Yo/KK)

29 November 2009

Berani Berkurban, Ikhlas Berbagi Atuh.


BeTe_ Telah enam puluh tiga tahun sudah bangsa kita merdeka, namun mayoritas rakyatnya masih belum bisa keluar dari belenggu kemiskinan. Apalagi fenomena di tanah air yang masih rentan akan bencana, berbagai musibah dan penderitaan rakyat datang silih berganti dan ironisnya sebagian para pemimpin atau orang yang lebih mampu, tidak memberikan teladan yang baik atau sedikit berkorban lebih banyak dalam menolong kaum fakir miskin yang semakin besar jumlahnya. Meski demikian, sebagai anak bangsa dan generasi penerus kita gak boleh pesimistis.
Boleh jadi perayaan Idul Adha yang dirayakan tanggal 27 November tahun ini dapat dijadikan momentum untuk dapat keluar dari belenggu kemiskinan dan krisis berkepanjangan. Atau bahkan sebagai salah satu alternatif solusi ibadah yang solutif. Asalkan potensi daging qurban ini dikelola dengan baik selain di salurkan secara langsung kepada mustahik (orang yang membutuhkan) dan apalagi bisa digunakan untuk jangka waktu yang lebih panjang. Misalnya dengan pengolahan daging kurban menjadi kornet, mungkin bisa membantu para korban bencana alam di tanah air kita. Namun sangat disayangkan sekarang ini karena banyaknya fenomena kemubadziran daging kurban. Ada daerah yang berlebih menerima daging qurban, tapi disisi lain ada yang sama sekali tidak mendapatkan jatah, sehingga timbul penumpukan dan bahkan kemubaziran.
Hal ini tidak saja menjadi persoalan umum bangsa ini, sebab terbukti di kelurahan Tegal Gundil tercinta ini pun demikian adanya. Bahkan menurut pengakuan seorang ibu dari RW I menyebutkan bahwa terkadang dirinya sewaktu lebaran kurban dulu ia sampai menerima paket daging kurban dari berbagai wilayah di Tegal Gundil, seper ti dari VCB (Villa Citra Bantarjati), dari warga perumnas hingga warga BIP (Bumi Indra Prasta). Terkadang pula hanya kebagian satu paket saja. Hal senada juga sempat di utarakan bpk Ijul (53 th) yang tinggal di kawasan Ceger, menurut beliau di daerahnya terkadang menerima juga limpahan paket hewan kurban dari pamikul dan dari Drupada, namun itupun gak tentu datangnya.
Sedangkan menurut bpk Saepul (30 thn) warga Blok Nyomplong RT 03/X yang setiap tahunnya terkadang selalu menjadi salah seorang panitia kurban di mesjid Ar Rahman ini mengungkapkan bahwa penyebaran daging kurbannya kekantung-kantung daerah miskin di Tegal Gundil, biasanya kami menargetkan disetiap wilayah untuk berapa KK. Teknisnya warga yang telah diberi kupon oleh RTnya masing-masing menjemput langsung ke mesjid. Namun sejak beberapa tahun lalu, pembagiannya di drop langsung kewilayah yang kurang mampu tersebut untuk dibagikan door to door. Namun ketika ditanyakan dibagikan kepada siapa saja atau apakah yang sebelumnya sudah berkordinasi dengan tempat pemotongan hewan kurban di tempat/mesjid lain agar tidak ada penumpukan pembagian di satu wilayah beliau tidak dapat memastikannya.
Memang benar dalam penyebarannya atau pengkhususannya buat warga yang kurang mampu. Namun alangkah baiknya bila daging kurban itu terkelola dengan baik, dengan kata lain penyebarannya saling dikordinasikan agar tidak terjadi penumpukan bahkan menjadi mubadziran di satu wilayah hingga menghilangkan makna hari berkurban itu sendiri. Karenanya sesaat kita perlu memahami kembali makna sebenarnya dari Idul Adha yang menjadi teladan bagi umat Islam sekarang, karena ada unsur keihlasan dan kesabaran yang dapat dijadikan sebagai bekal untuk mengarungi kehidupan yang penuh gangguan dan tantangan. Karenanya dalam kehidupan masa kini, memperingati Idul Adha perlu dijadikan sebagai wahana intropeksi dan refleksi diri umat Islam," kata bpk H. Idris (42 thn) salah seorang warga pamikul.
Menurut dia, umat Islam sekarang lebih banyak dibelenggu dengan urusan keduniawian sehingga seakan-akan mereka meninggalkan dan melupakan Al Qur’an yang berisi petunjuk bagi umat manusia baik di dunia maupun akhirat. Berkaitan dengan itu, Ia juga mengatakan peringatan Idul Adha dengan melakukan penyembelihan hewan kurban oleh umat Islam merupakan upaya merunut sejarah Nabi Ibrahim dan putranya Ismail dalam mentaati perintah dan ujian dari Allah. Ibadah kurban hakikatnya adalah perintah Tuhan untuk mengorbankan dan menyembelih sifat egois, sikap mementingkan diri sendiri, rakus dan sikap serakah yang dibarengi dengan kecintaan kepada Allah yang diwujudkan dalam bentuk solidaritas dan kesetiakawanan sosial.
Fenomena kepekaan sosial, kesetiakawanan sosial dan keberpihakan kepada kaum dhuafa adalah nilai sekaligus moral sosial yang terkandung dalam ibadah kurban. Namun seperti yang dituturkan bpk Dayat (41 thn) salah seorang penjaga keamanan di RW 15 berkomentar, katanya terkadang yang telah kurban pun merasa berhak dan meminta bagian tertentu dari potongan daging hewan kurbannya. Memang sekarang ini umumnya jatah paha untuk setiap orang yang kurban selalu dipersiapkan panitia kurban, memang disadari atau tidak hal ini telah menjadi budaya, pun hal ini memang tidak dilarang oleh agama untuk merasakan daging kurban bagi si pengurban.
Kondisi seperti ini memang terjadi ditengah sebagian kecil masyarakat kita. Seperti halnya yang diamini Bpk Cecep Lesmana (53 thn) disela-sela kesibukan memantau keamanan didaerah Bratasena Indraprasta II. Tetapi hal tersebut juga bukan menjadi sebuah keharusan, sebab banyak juga orang yang telah berkurban atau yang telah merasa berkecukupan tidak mau memakan sedikitpun daging kurban atau malah memberikannya kepada yang lain walaupun dia sudah diberi jatah. Bukan pula karena gak doyan atau tidak boleh memakan daging tersebut seraya menambahkan. Jadi itu tergantung keiklasan si pengkurban, ia paham atau tidak.
Semoga saja makna utama hari raya Idul Adha yang berupa kesediaan untuk berkorban sebagaimana ditunjukkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, dapat dijadikan inspirasi untuk bagaimana kita bisa saling berbagi dan saling menolong dengan sesama umat manusia dari suku dan agama apa pun. Di situlah pula relevansinya umat Islam untuk memelihara nyala api ibadah kurban dalam menyelesaikan banyak persoalan bangsa ini. (KK)

28 November 2009

Lansia Kembali Sekolah


BeTe_Kawung Luwuk, Pendidikan itu tampa batas usia, memang benar ungkapan tersebut. Tanpa kita sadari ternyata di Kelurahan Tegal Gundil ini ada sebuah program pendidikan luar sekolah untuk warga yang telah putus sekolah.
Sekolahan yang mulai beroperasi sejak bulan Agustus 2009 atau sebelum bulan puasa lalu, bertempat di Kawung Luwuk Gg. Masjid RT 03/I. Kegiatan program PLS (Pendidikan Luar Sekolah) dari Dinas Pendidikan Kota Bogor ini merupakan pengembangan atau anak cabang dari PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Al Jauhar yang berada di RT04/XVI.
Sebut saja ibu Teti (35 th) dia adalah salah salah seorang turtor pembantu pada sekolah ini, beliau mengatakan sekolah ini adalah sekolah untuk warga yang kurang mampu, putus sekolah dan tidak mengenal tulisan. Harapannya warga yang tadinya buta aksara menjadi bisa mengenal huruf bahkan membaca membaca.
Sedangkan waktu pembelajarannya seminggu lima kali, ini pun disesuaikan, sebab terkadang mulai dari jam empat sampai jam lima sore, tetapi karena saking keasyikan bisa sampai jam 6 sorean ujar ibu Teti .
Walau demikian sekolah ini hanya memfokuskan pada tiga bidang study pelajaran, di antaranya Matematika, B. Indonesia & Keterampilan. Sistem pembelajarannya pun di buat berkelompok, maksimal satu kelompok 10 orang siswa.
Pada perkembangan awalnya, jumlah siswa yang turut mengikuti lumayan banyak namun hingga saat ini menyusut dan akhirnya menyisakan tinggal tujuh orang murid saja. Hal tersebut di sebabkan oleh berbagai kendala, antara lain waktu, cuaca, jarak tempuh hingga kesibukan pribadi para muridnya.
Tidak bisa disalahkan memang, sebab siswa sekolah itu sendiri sebagian besar adalah para warga yang telah memasuki usia lanjut (lansia). Oleh karena itu selain pelajaran umum yang diberikan, para siswapun dibekali dengan pelajaran eksta seperti keterampilan.
Pembiayaan untuk keterampilannya sendiri dalam setiap kali praktikum terkadang di bantu oleh kelurahan atau kecamatan.
Pendidikan Luar Sekolah ini pun hanya enam bulan, Setelah selesai mengikuti pendidikan tersebut, hasilnya mereka yang lulus akan mendapatkan sebuah sertifikat. Uniknya, selain para siswa yang telah lansia, para pengajarnya pun diambil dari warga sekitar yang merupakan kader PKK. Tentunya setelah di berikan pembekalan dan pelatihan terlebih dahulu dari kelurahan serta kecamatan.
Apabila program ini berjalan dengan lancar maka akan ada banyak tempat-tempat belajar seperti ini di setiap RW yang lain. Itupun bila dilihat dari antusiasme warga yang mengikuti program ini. Semoga saja Tegal Gundil tidak ada yang buta huruf lagi. (P-M/Kr9)

Bunga Bangkai Milik Warga Pangeret


BeTe_Pangeret, Tegal Gundil telah di gemparkan oleh penemuan setangkai bunga bangkai yang tumbuh di pekarangn rumah warga di RT 03/XII Pangeret Ujung.
Penemuan yang pertama kali ditemukan oleh sang pemilik rumah pada hari rabu (12/11/09) lalu itu cukup menghebohkan .Menurut sang pemilik rumah, “awalnya tumbuh sebuah tanaman yang menyerupai tanaman talas, karena ketika menjelang malam kami mencium bau yang tidak sedap disekitar pekarangan rumah, setelah di sekidiki ternyata ditemukan tanaman yang menjadi sumber baunya itu.”
Bunga aneh tersebut akhirnya menunjukkan hal yang tak lazim, karena mengeluarkan bau tidak sedap setelah mekar dari kuncupnya. “Anehnya lagi, bunga ini seperti mengeluarkan cairan merah seperti darah yang bila disentuh tidak basah/berair,” kata salah seorang warga terdekat.
Tetangga terdekat pun mengaku, tak berprasangka aneh saat bunga tersebut pertama kali tumbuh dua minggu lalu. Namun setelahnya, warga mulai dilanda keanehan. Pasalnya, bunga tersebut tumbuh dan berkembang dengan cepat, bahkan hanya dengan tempo beberapa hari saja telah sampai mencapai tinggi satu meter dengan berdiameter sekitar 60 cm.
Semenjak di temukan untuk pertama kalinya, telah mengundang rasa penasaran banyak orang. Sampai-sampai informasi bunga bangkai raksasa dengan keunikannya ini menyebar luas. Bukan saja warga sekitar yang tertarik datang, warga luarpun berbondong-bondong melihat bunga tersebut, hingga sukarela memberikan uang ala kadarnya.
Salah seorang yang mengaku peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) pun pada Kamis (19/11) lalu, sampai bersedia membayar Rp. 500 ribu agar bunga tersebut mampir di laboratoriumnya. Bahkan ada juga kolektor yang berani menawar hingga Rp. 1,5 juta agar bunga itu dapat dijadikan salah satu koleksinya.
Tawaran ini tak digubris si empunya bunga & warga. Mereka lebih memilih bunga bangkai raksasa ini tetap tinggal di Pangeret karena mungkin akan menunjukan lagi tanda aneh lainnya. Jadi walau hingga layu/mati mereka tidak peduli, yang jelas bunga ini aneh, beda dari yang lain & akan tetap disini sahut beberapa warga yang berkomentar.
Namun selang beberapa hari setelahnya, bunga “Rafflessia Arnoldi” tersebut sudah tidak tercium lagi bau busuknya, bentuknya yang dulu sangat besar dan indah di pandang kini mulai layu & mengering. Memang tak abadi, namun bunga tersebut akan tetap dihati & dinanti warga sampai kapanpun.(Rz/Kk)

27 November 2009

Arti Pengorbanan menurut warga?!

Apakah kita merasa pernah benar-benar memahami makna berkurban pada Idul Adha ini? Berikut penuturan warga yang berhasil diminta pendapatnya..
Menurut saya yang mau berkurban itu yang sanggup. Sanggup mengeluarkan biaya yang pas untuk berkurban, jadi tidak ada istilah orang kaya yang mampu dan pembagiannya itu harus kalo bisa merata di setiap RT jika ada lebihnya kan, bisa di bagikan ke RT lain. (Bpk H. Sutiwa Iskandar)





Daging hewan kurban harus di bagikan ke orang fakir juga, jangan hanya warga RT di daerah situ saja, jadi harus ada sebagian untuk di sedekah ketempat laen, pesan saya buat orang-orang yang “punya” lebih banyaklah berkurban, jangan kikir. (Ibu Yanti, 47 thn)





Buat yang kaya harus berkurban buat yang miskin, jangan berkurban minta juga hasilnya, mending hasilnya buat yang tidak mampu saja, karna masih banyak yang membutuhkan. Soalnya kan orang kaya itu udah sering makan daging, jadi udahlah sedekah gitu! (Irwan, 20 thn)

Berkurban Sebagai Tanda Pengorbanan

Idul Adha (atau di Malaysia dan Singapura, Hari Raya Haji, bahasa Arab: عيد الأضحى) adalah sebuah hari raya Islam dalam memperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya Ismail untuk Allah SWT, dan ketika akan dikorbankan putranya Ismail, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba.
Hal tersebut di gambarkan dalam Al Qur'an surat Ash-Shaffat: 100-109 menjelaskan betapa beratnya cobaan yang Allah SWT berikan kepada Ibrahim AS, serta betapa besarnya pengorbanannya sebagai bentuk pembuktian dirinya sebagai hamba Allah SWT yang berserah diri sepenuhnya, dan sebagai khalilullah yang memurnikan kecintaannya hanya untuk-Nya.
Dan ini menunjukkan bahwa Allah SWT senantiasa memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai jenis cobaan, untuk membuktikan keimanan hamba tersebut.
Dari surat Ash-Shaffat tersebut juga memunculkan dua buah pertanyaan yang tertuju pertama kali kepada penulis secara khusus dan kepada umat islam secara umum. Dua pertanyaan tersebut yaitu: “Takutkah anda berkorban?” dan “Maukah anda berjuang?” Hal ini untuk menggugah setiap orang, mengintrospeksi diri atas setiap gerak yang dilakukannya. Selain itu dengan mengingat segala apa yang telah dipersiapkan oleh Allah SWT berupa ganjaran yang besar di sisi-Nya, dengan sebuah pengorbanan dan perjuangan yang tak seberapa & tak sebanding dengannya.
Karenanya kita harus tetap tegar dan bersemangat dalam beramal, berkorban, dan berjuang dengan mengikhlaskan semua amalnya untuk yang Kuasa dan selalu menjaganya serta mengoreksi bentuk pengorbanan dan perjuangan tersebut agar tidak keluar dari rel yang telah digariskan oleh Allah SWT pada segenap nabi dan rasul-Nya.
Semoga hal tersebut dapat menggugah kita untuk menelaah kembali teguran, peringatan, serta anjuran-anjuran Allah Subhanahu wa Ta'ala agar kita lebih ikhlas dan ridho dalam segala aktifitas kehidupan yang terkadang mengharuskan berkorban dan berjuang.(Red_dari berbagai sumber)

26 November 2009

Opini Warga Dalam Menyambut Hari Raya Idul Adha

Menurut Anwar (28 th) salah seorang tukang ojek Palupuh Raya mengatakan, ”makna dari Idul Adha adalah bersedekah dengan cara berkurban. Dari tahun ke tahun Idul Adha tidak ada bedanya, paling yang berbeda hanya cara pembagian daging kurbannya, kalau tahun-tahun kemarin di bagikan dengan cara kupon tetapi kalau tahun sekarang langsung di bagikan ke tiap rumah, harapannya di Hari Idul Adha mudah-mudahan daging yang di berikan lebih banyak lagi.”Menurut Ibu Suagyo (56 th) warga Palupuh RW II mengatakan, ”Idul Adha adalah untuk melaksanakan kewajiban berkurban bagi yang mampu tetapi tidak di paksakan bagi yang tidak mampu. Idul Adha sendiri adalah untuk membersihkan diri & daging kurbannya untuk di bagikan kepada sesama. Saya berharap di Idul Adha sekarang dagingnya dibagi dengan rata & lebih banyak lagi jatah pembagiannya.”
Menurut Umar (52 thn) salah seorang pengurus masjid Ar Rahman di Jl.H.Achmad Sobana, SH no. 43 mengatakan, ”Makna dari Hari Raya Idul Adha hanya simbol untuk membantu & berbagi kepada sesama. Lebaran haji dengan Hari Raya Idul Adha sama saja kalau lebaran haji hanya istilah dari orang-orang Indonesia sedangkan Idul Adha hanya istilah dari orang-orang Arab, manfaat dari Idul Adha mengajarkan manusia untuk belajar berbagi kepada sesama,harapan saya di hari Idul Adha tahun ini lebih banyak lagi muslim-muslim yang dermawan, sopan santun yang berbudi pekerti luhur.” (Td-21)

25 November 2009

Kelurahan Tegal Gundil Optimalkan Pelayanan


BeTe_Kelurahan TG, Setiap lembaga atau instansi apapun pasti mempunyai visi, misi, tugas, fungsi,stuktur organisasi dan lain-lain, begitu juga Kelurahan Tegal Gundil yang masuk di wilayah Kecamatan Bogor Utara. Kelurahan Tegal Gundil mempunyai visi menjadikan kelurahan pemukiman yang asri berbasis pengembangan SDM, home industry serta perdagangan. Dengan misi mewujudkan kelurahan yang sehat, meningkatkan pendapatan perkapita, menurunkan angka pengangguran, dan meningkatkan Wajar Dikdas 9 tahun.
Selain visi & misi, Kelurahan juga mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah. Yaitu di bidang pembangunan dan kemasyarakatan, serta melaksanakan urusan pemerintahan yang di limpahkan oleh Bupati/Walikota. Instansi ini berfungsi sebagai pelaksana kegiatan pemerintah kelurahan, Pemberdayaan masyarakat. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, serta melakukan pembinaan pada lembaga kemasyarakatan.
Kelurahan Tegal Gundil mempunyai struktur organisasi kelurahan yang terdiri dari lurah dan perangkat kelurahan, Sekretaris Kelurahan dan seksi-seksinya. Terdapat 4 (empat) seksi dan jabatan fungsional. Seksi ini diisi dari pegawai negri sipil yang di angkat oleh sekretaris daerah Kabupaten/Kota atas usul Camat, dan Ketentuan mengenai stuktur organisasi dan tata kerja kelurahan, sebagaimana peraturan daerah kabupaten/kota.
Untuk membuat Tegal Gundil menjadi lebih baik maka kelurahan
membuat program-program. Diantaranya program jangka panjang. Pertama, meningkatkan kesehatan masyarakat. Hal ini diterapkan karena di Tegal Gundil sendiri banyak yang belum menerapkan pola hidup sehat, Kelurahan ingin warganya sehat dan mengurangi angka orang-orang yang sakit. Program yang kedua yaitu menuntaskan kemiskinan, menurut data yang ada, warga miskin di Tegal Gundil kurang lebih 800 kepala keluarga. Dengan data ini kelurahan berusaha untuk menguranginya 3 % pertahun.
Adapun program jangka pendek, menyampaikan bantuan dari manapun juga untuk sampai kepada tangan yang tepat. Banyak peran yang telah dilakukan Kelurahan salah satunya di bidang pendidikan, karena di Tegal Gundil sendiri masih ada yang buta aksara dan anak-anak putus sekolah. Utuk itu kelurahan bekerjasama dengan Pemerintah membuat sarana pendidikan PKBM Al – Zauhar. Sarana ini bertujuan untuk mencerdaskan warga yang berlokasi di RW 15. Kelurahan pun tak luput merencanakan progam kebersihan, maka di buatlah progam jumsih (jum'at bersih). Progam ini bukan hanya untuk mengejar Adipura saja, tapi untuk menciptakan kawasan Tegal Gundil bersih dan nyaman. Pada bidang kesehatan, kelurahan ikut ambil peran salah satunya menghimbau masyarakat untuk berpola hidup sehat, membuat kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa rokok (KTR) ini sudah diterapkan di kelurahan dan di RW 08 RT 04.
Selain itu kelurahan juga memiliki prestasi. Prestasi yang sudah didapat yaitu, berhasil menjadi juara umum keluarga berencana (KB) dan kesehatan antar kecamatan di 8 kelurahan.
Banyak pula program yang sedang dilaksanakan diantaranya pajak bumi dan bangunan (PBB), yaitu bekerjasama dengan kantor pajak Pratama Bogar untuk mendata ulang wajib pajak yang bertujuan untuk mendongkrak pendapatan daerah.
Dan tentang pelayanan, Kelurahan akan mempermudah untuk pembuatan kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK). Kemudian bagi warga yang sakit dan kurang mampu, Kelurahan membantu meringankan beban biaya bagi yang tidak punya kartu sehat. Waktu pelayan dari hari senin s/d jum'at mulai jam 07.45 – 15.30.
Peraturan ini merupakan peraturan pemerintah, tapi Kelurahan mempunyai inisiatif untuk memberikan pelayan lebih untuk warganya maka hari sabtu pun buka sampai jam 12.00, dan juga malam hari hingga pukul 20.00 setiap malam ujar pak Lurah saat ditemui BeTe. (Yo/Nd)

21 November 2009

SMAN 7 Ulang Tahun Menuju Pendewasaan

BeTe_Sabtu (21/11/09), SMAN 7 merayakan hari jadinya yang ke-18 th dengan menggelar sebuah pagelaran seni yang bertemakan SEVEN BECAME MATURE atau SMAN 7 menuju dewasa.
Acara yang telah menjadi ritual tahunan ini dikawal dengan baik para anggota OSIS SMAN 7, tentunya melalui kerja-sama yang apik dengan pihak sekolah serta dari berbagai pihak sponsor yang turut mendukung.
Dalam acara ini, siswa-siswi dari kelas satu hingga kelas tiga berhasil mempertunjukkan penampilan mereka. Selain band, marawis & dance pun tidak kalah menarik untuk disimak. Hal itu terbukti dengan semaraknya tepuk tangan dan riuhnya sambutan antusias para penonton yang memadati Aula SMAN 7.
Bukan hanya para murid atau guru, para alumnus yang masih merasa terikat dengan serta merta turut membantu se-bisa mungkin. Mereka berusaha menjadikan ultah tahun ini lebih berkesan dari sebelumnya.
Menurut Fikri (17 th) sebagai ketua panitia pelaksana ultah SMAN 7, mengatakan bahwa dalam mempersiapkan acara ini terkesan susah-susah gampang. Walaupun acara lumayan meriah tapi masih ada kurangnya juga.
Hal senada juga terlontar Stacia (16 th), katanya dalam acara ini masih ada yang kurang di persiapkan sehingga belum sempurna banget, seperti kurangnya bangku penonton & gak ada bintang tamu.
Berbeda halnya dengan Band SAVANA dari SMAN 7 ini. Menurut para personil, bandnya mendapatkan kesan yang mendalam acara ini, katanya ”rasa deg-degkan waktu mo tampil tapi dibikin enjoy aja” sahut salah seorang pentolan band tersebut.
Kalau menurut ibu Umi, staf pengajar di SMAN 7. Dengan adanya acara ini para siswa bisa lebih berkreativitas serta bisa menggali potensi dirinya sendiri.
Sedangkan siswa-siswinya berharap tahun depan acaranya bisa lebih menarik & lebih meriah lagi, begitu pula dengan sistem pengajaran serta fasilitas sekolah yang lebih baik lagi. Amin. (Rz/Arf/Jl)